2.28.2013

Kisah super singkat


Kisah menyakitkan itu berawal diketidaksengajaan mata menangkap cahaya matanya yang begitu mempesona. Saat itu hati biasa saja, hanya mungkin bibir yang mengakui bahwa hati sedang terpesona. Tapi sungguh, saat itu apapun darinya tak mampu menarik perhatianku.
Kemudian hari dan waktu berlalu, beriringan bersama kenyataan yang semakin tak logis saja. Entah darimana awal dari sgalanya, kini ada sosok yang dulunya tak seberapa itu yang menghias hari. Beriringan dan sosok itu mampu membuat tangis sedih menjadi senyum menawan.
Hingga disuatu malam yang kelam itu, aku memimpikan sosok itu menemani ku disaat hati begitu sendu. Aku tersadar dari mimpi yang berhasil membuatku menangis itu. Menyadari bahwa begitu dalam mimpi itu, hati berniat untuk menemuinya aau sekadar melihatnya dar kejauhan. Mungkin ini yang dinamakan rindu.
Dengan semangat yang sebenarnya sangat membara, ku kirimkan pesan singkat menanyakan keadaannya, kemudian berbasa-basi lalu akhirnya memintanya untuk bertemu. Dengan sesungguhnya, butuh keberanian besar dan pergumulan hebat saat jari-jari ini mengetikkan kata-kata tersebut kemudian menekakan tombol “send”. Namun yang kuterima hanya kehampaan dari haapan yang kini pupus.
Hati tak akan begitu sendu ketika penolakan yang kuterima, walau mungkin akan sakit, setidaknya hati masih bisa memaklumi alasan. Tapi kenyataannya lebih dari perih yang tergores. Kata-kata yang tampaknya manis itu nyatanya memadamkan kobaran semangatku. Aku lebih dari kecewa.
Sebenarnya dari awal relung tlah membisikkan tentang kecewa yang nantinya diterima. Tapi nyatanya jiwa tak slamanya menurut. Bahkan aku ak pernah berpikir untuk jatuh sedalam ini. Ketika kejujuranmu yang nyatanya embuatku hancur. Ketika ceritamu yang biasanya membuatku tersenyum, kini hanya tangis yang tersisa dari semua hidup yang selama ini seperti ilusi. Dia mengungkapkan dengan jujur tentang keberadaan seseorang dihatinya yang nyatanya adalah orang yang slama ini juga slalu ada untukku. Bahkan aku tak lagi pantas untuk bersaing dengan wanita itu.
Mungkin beginilah rasanya berharap, diberikan harapan, namun ternyata harapan itu hanya sekedar harapan. Tak mungkin egois ini bersikeras untuk tetap memperjuangkannya. Terlalu banyak yang tersakiti kalau saja aku tak mau tersakiti. Lagi pula dari semua kenyataan yang telah terbongkar, sebesar apapun perjuangan sepertinya tidak akan berguna.
Maka hingga saat ini sosok itu masih hidup dalam kematian hatiku, dia menjadii bagian redup dihidupku yang remang. Dan wanita beruntung yang kusayangi itupun, kini tlah berpaling hati dan aku tak lagi menemukan sosok yang dulunya menyakiti secara tak sengaja itu. Maka biarkan pengorbananku untuk merelakan yang nyatanya sia-sia itu berakhir sampai rasa sakit sebegini saja. Hidup akan berlanjut, dan kenangan telah terajut. Tak salah jika aku masih mengingatnya atau bahkan suatu saat nanti akan mengharapkannya lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar