Kisah menyakitkan itu
berawal diketidaksengajaan mata menangkap cahaya matanya yang begitu
mempesona. Saat itu hati biasa saja, hanya mungkin bibir yang
mengakui bahwa hati sedang terpesona. Tapi sungguh, saat itu apapun
darinya tak mampu menarik perhatianku.
Kemudian hari dan waktu
berlalu, beriringan bersama kenyataan yang semakin tak logis saja.
Entah darimana awal dari sgalanya, kini ada sosok yang dulunya tak
seberapa itu yang menghias hari. Beriringan dan sosok itu mampu
membuat tangis sedih menjadi senyum menawan.
Hingga disuatu malam
yang kelam itu, aku memimpikan sosok itu menemani ku disaat hati
begitu sendu. Aku tersadar dari mimpi yang berhasil membuatku
menangis itu. Menyadari bahwa begitu dalam mimpi itu, hati berniat
untuk menemuinya aau sekadar melihatnya dar kejauhan. Mungkin ini
yang dinamakan rindu.
Dengan semangat yang
sebenarnya sangat membara, ku kirimkan pesan singkat menanyakan
keadaannya, kemudian berbasa-basi lalu akhirnya memintanya untuk
bertemu. Dengan sesungguhnya, butuh keberanian besar dan pergumulan
hebat saat jari-jari ini mengetikkan kata-kata tersebut kemudian
menekakan tombol “send”. Namun
yang kuterima hanya kehampaan dari haapan yang kini pupus.
Hati tak akan begitu sendu ketika penolakan yang kuterima, walau
mungkin akan sakit, setidaknya hati masih bisa memaklumi alasan. Tapi
kenyataannya lebih dari perih yang tergores. Kata-kata yang tampaknya
manis itu nyatanya memadamkan kobaran semangatku. Aku lebih dari
kecewa.
Sebenarnya dari awal relung tlah membisikkan tentang kecewa yang
nantinya diterima. Tapi nyatanya jiwa tak slamanya menurut. Bahkan
aku ak pernah berpikir untuk jatuh sedalam ini. Ketika kejujuranmu
yang nyatanya embuatku hancur. Ketika ceritamu yang biasanya
membuatku tersenyum, kini hanya tangis yang tersisa dari semua hidup
yang selama ini seperti ilusi. Dia mengungkapkan dengan jujur tentang
keberadaan seseorang dihatinya yang nyatanya adalah orang yang slama
ini juga slalu ada untukku. Bahkan aku tak lagi pantas untuk bersaing
dengan wanita itu.
Mungkin beginilah rasanya berharap, diberikan harapan, namun
ternyata harapan itu hanya sekedar harapan. Tak mungkin egois ini
bersikeras untuk tetap memperjuangkannya. Terlalu banyak yang
tersakiti kalau saja aku tak mau tersakiti. Lagi pula dari semua
kenyataan yang telah terbongkar, sebesar apapun perjuangan sepertinya
tidak akan berguna.
Maka hingga saat ini sosok itu masih hidup dalam kematian hatiku,
dia menjadii bagian redup dihidupku yang remang. Dan wanita beruntung
yang kusayangi itupun, kini tlah berpaling hati dan aku tak lagi
menemukan sosok yang dulunya menyakiti secara tak sengaja itu. Maka
biarkan pengorbananku untuk merelakan yang nyatanya sia-sia itu
berakhir sampai rasa sakit sebegini saja. Hidup akan berlanjut, dan
kenangan telah terajut. Tak salah jika aku masih mengingatnya atau
bahkan suatu saat nanti akan mengharapkannya lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar